Munculnya Muhammadiyah dari kota pelajar Yogyakarta, memiliki pengaruh kuat dalam bidang pendidikan. Pengaruh tersebut harus diwujudkan dengan kapabilitas Muhammadiyah untuk menciptakan generasi yang berakidah lurus, dan berakhlak baik.
Hal tersebut yang disampaikan oleh Drs. Untung Cahyono, M.Hum., selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta Bidang Perkaderan, dalam sambutan penutupan Olimpiade Budaya Jawa (OBJ) di Sportorium UMY. Ia juga menyampaikan bahwa peran sekolah-sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta akan menentukan generasi seperti apa di masa depannya. Sekolah-sekolah di Muhammadiyah mestinya mampu menjadi kawah candradimuko di bidang pendidikan dan kebudayaan. "Sekolah muhammadiyah mestinya mampu menjadi kawah candradimuko untuk pribadi yang terlatih. Ironis jika di Jogja terjadi penurunan landasan keagamaan sehingga terjadi penyakit masyarakat. Kita harus berhentikan narkoba, dan bunuh diri, dan mengganti dengan kegiatan positif untuk menyadarkan masyarakat untuk aktivitas yang benar," tegas Untung. Untuk mewujudkan visi Muhammadiyah dalam membentuk masyarakat berkeadilan, maju, aman, damai dan sejahtera, Muhammadiyah disebut Untung, telah menegaskan Pedoman Hidup Warga Muhammadiyah (PHWM). "Dengan menjalani hidup dengan pedoman Islami, akan terbentuk kepribadian masyarakat yang akhlaknya baik, akidahnya lurus. Dan baik akhlak dalam berkeluarga, bermasyarakat, berorgranisasi dan berbisnis juga baik. Kalau menjual barang-barang yang palsu itu bukan akhlak yang baik," ujar dosen Universitas Ahmad Dahlan tersebut. Selain dalam kehidupan sehari-hari, pedoman Islam juga harus diterapkan dalam pemeliharaan lingkungan dan memajukan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini disebut Untung juga termasuk dalam melestarikan seni dan budaya. "Dalam berseni dan berbudaya, juga harus memegang pedoman Islam. Itu untuk menguatkan akidah akhlak dan muamalah," terang Untung. Olimpiade Budaya Jawa sendiri merupakan ajang untuk melestarikan dan memajukan budaya Jawa, dan diikuti oleh siswa-siswi dari tingkatan SD hingga SMA. OBJ berlangsung sejak 10 hingga 22 September dan diawali dengan pawai ta'aruf budaya dari balai kota hingga ke Alun-Alun Utara Yogyakarta. OBJ juga diramaikan dengan bermacam lomba seperti lomba mocopat, cerdas cermat budaya jawa, tari jawa, dagelan mataram, geguritan, dolanan egrang, gobagsodor, karawitan, jemparingan dan pagelaran. Dalam gelaran perlombaan Olimpiade Budaya Jawa ini Kota Yogyakarta keluar sebagai Juara Umum dengan rincian perolehan medali emas 12 buah, perak 11, dan perunggu 6 buah. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bantul dengan raihan medali emas 6, perak 5, dan perunggu 9, Kabupaten Sleman memperoleh medali emas sebanyak 7 buah, perak 6, dan perunggu 6. Sementara Kabupaten Gunungkidul meraih medali emas 5 buah, perak 5, dan perunggu 8, dan Kabupaten Kulon Progo meraih medali emas 2 buah, perak 5, dan perunggu 1. Sedangkan untuk Pawai Budaya sendiri diikuti oleh 2.730 orang dengan masing-masing peserta yang berasal dari SD, SMP dan SMA/SMK Muhammadiyah sebanyak 30 orang.
Hal tersebut yang disampaikan oleh Drs. Untung Cahyono, M.Hum., selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta Bidang Perkaderan, dalam sambutan penutupan Olimpiade Budaya Jawa (OBJ) di Sportorium UMY. Ia juga menyampaikan bahwa peran sekolah-sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta akan menentukan generasi seperti apa di masa depannya. Sekolah-sekolah di Muhammadiyah mestinya mampu menjadi kawah candradimuko di bidang pendidikan dan kebudayaan. "Sekolah muhammadiyah mestinya mampu menjadi kawah candradimuko untuk pribadi yang terlatih. Ironis jika di Jogja terjadi penurunan landasan keagamaan sehingga terjadi penyakit masyarakat. Kita harus berhentikan narkoba, dan bunuh diri, dan mengganti dengan kegiatan positif untuk menyadarkan masyarakat untuk aktivitas yang benar," tegas Untung. Untuk mewujudkan visi Muhammadiyah dalam membentuk masyarakat berkeadilan, maju, aman, damai dan sejahtera, Muhammadiyah disebut Untung, telah menegaskan Pedoman Hidup Warga Muhammadiyah (PHWM). "Dengan menjalani hidup dengan pedoman Islami, akan terbentuk kepribadian masyarakat yang akhlaknya baik, akidahnya lurus. Dan baik akhlak dalam berkeluarga, bermasyarakat, berorgranisasi dan berbisnis juga baik. Kalau menjual barang-barang yang palsu itu bukan akhlak yang baik," ujar dosen Universitas Ahmad Dahlan tersebut. Selain dalam kehidupan sehari-hari, pedoman Islam juga harus diterapkan dalam pemeliharaan lingkungan dan memajukan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini disebut Untung juga termasuk dalam melestarikan seni dan budaya. "Dalam berseni dan berbudaya, juga harus memegang pedoman Islam. Itu untuk menguatkan akidah akhlak dan muamalah," terang Untung. Olimpiade Budaya Jawa sendiri merupakan ajang untuk melestarikan dan memajukan budaya Jawa, dan diikuti oleh siswa-siswi dari tingkatan SD hingga SMA. OBJ berlangsung sejak 10 hingga 22 September dan diawali dengan pawai ta'aruf budaya dari balai kota hingga ke Alun-Alun Utara Yogyakarta. OBJ juga diramaikan dengan bermacam lomba seperti lomba mocopat, cerdas cermat budaya jawa, tari jawa, dagelan mataram, geguritan, dolanan egrang, gobagsodor, karawitan, jemparingan dan pagelaran. Dalam gelaran perlombaan Olimpiade Budaya Jawa ini Kota Yogyakarta keluar sebagai Juara Umum dengan rincian perolehan medali emas 12 buah, perak 11, dan perunggu 6 buah. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bantul dengan raihan medali emas 6, perak 5, dan perunggu 9, Kabupaten Sleman memperoleh medali emas sebanyak 7 buah, perak 6, dan perunggu 6. Sementara Kabupaten Gunungkidul meraih medali emas 5 buah, perak 5, dan perunggu 8, dan Kabupaten Kulon Progo meraih medali emas 2 buah, perak 5, dan perunggu 1. Sedangkan untuk Pawai Budaya sendiri diikuti oleh 2.730 orang dengan masing-masing peserta yang berasal dari SD, SMP dan SMA/SMK Muhammadiyah sebanyak 30 orang.