PEKAN BUDAYA MASUK KAMPUS HARUS BERIKAN RUANG BAGI ANAK MUDA


PBMK atau Pekan Budaya Masuk Kampus harus memberikan ruang bagi anak muda. Dengan melibatkan anak muda ini maka PBMK memberikan ruang untuk berekspresi, terutama bagi anak muda yang belum mendapatkan kesempatan untuk menyalurkan bakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Gubernur DIY,  KGPAA Pakualam IX kepada panitia PBMK saat memberikan arahan di Kantor Wakil Gubernur Komplek Kepatihan DIY.
                “Kegiatan ini perlu diperhatikan, bagaimana memberi ruang kepada anak muda yang masih belum ada saluran yang menarik untuk mereka. Dengan memberikan ruang ini akan membentuk karakter secara langsung kepada anak-anak muda, namun tentunya harus sesuai dengan standar dan passion yang dimiliki. Banyak anak muda saat ini yang bingung menyalurkan bakatnya. Kegiatan semacam ini harus memberikan ruang kepada anak muda, terutama bagi mereka yang belum terkenal,” paparnya dalam audiensi panitia PBMK, Kamis (06/10).
                Terkait kegiatan PBMK yang akan dilaksanakan pada 11 hingga 14 Oktober 2016 mendatang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Wakil Gubernur DIY memberikan apresiasi atas gagasan PBMK yang melibatkan mahasiswa di Yogyakarta. “Pada jaman sekarang ini, anak muda lebih banyak menguasai hardskill daripada softskillnya. Hardskill sangat luar biasa, namun softskill sangat kering. Keringnya softskill ini juga akibat dari kerusakan sistematis pada orang tuanya. Orang tua lebih banyak menekankan pada keahlian akademik daripada bakat yang dimiliki anak. Saya setuju adanya acara ini yang lebih menekankan pada softskill,” ujarnya.
                Kegiatan PBMK yang nantinya melibatkan 65 kelompok kesenian hingga hampir 1000 orang pementas mulai dari anak-anak hingga dewasa, Wagub berpesan supaya acara pekan budaya tersebut memberikan manfaat kepada pementas maupun penonton yang hadir. “Kegiatan nanti jangan hanya terfokus kepada kegiatan saja, namun juga bagaimana mencerdaskan audiensi, seperti bagaimana bertindak sopan saat acara berlangsung. Selain itu harapannya kegiatan ini memiliki identitas yang terstandar,” harapnya.
                Sementara itu ketua pelaksana, Puji Qomariyah. S.Sos., M.Si mengatakan bahwa tema besar yang diangkat pada tahun ini adalah “Among Budaya Among” dengan mengambil sub-tema “Diaspora Oschestra,” yang akan mementaskan Pentas Seni Budaya Nusantara. “PBMK ini mengajak mahasiswa di Yogyakarta yang berkegiatan teater dan seni pertunjukan untuk melakukan sebuah kegiatan donasi budaya melalui kampus sebagai salah satu pusat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan,” jelasnya kepada Wagub DIY.
                Puji menyebutkan, PBMK 2016 ini akan mementaskan seni pertunjukkan, tari – sendratari, sebanyak 25 grup dan 4 festival dolanan anak. Selain itu juga turut menampilkan panggung musik nusantara yang diisi musik etnik nusantara sebanyak 5 grup penampil, panggung gamelan anak sebanyak 3 penampil, One Night Jazz sebanyak 7 grup, lomba ketoprak anak III sebanyak 11 grup, Pentas Seni Lintas Agama dan Keyakinan sebanyak 7 grup, serta workshop dan bazar.
                “Dengan keterlibatan banyak pihak diharapkan bisa menumbuhkan semangat gumregah, sawiji, greget, sengguh. Ora mingkuh dalam menumbuhkembangkan budaya konstruktif melalui dialog multi arah di wilayah Yogyakarta khususnya, dan Indonesia pada lingkup lebih luas. Selain itu kegiatan ini salah satunya memberikan ruang bagi pengembangan ketoprak sebagai salah satu pertunjukkan seni tradisi dan teater rakyat, serta pelestarian pengembangan adat yang melengkapi pengembangan tradisi yang sudah berjalan,” harap Puji